Senin, 31 Januari 2011

KERJA ADALAH KEHORMATAN

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya."

"Nggak, Dik. Saya lapar mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak. Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda, sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak, Dik. Saya sudah kenyang."

Sambil berkukuh mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa buat oleh-oleh pulang, Om."
Dompet yang belum sempat dimasukan ke kantong pun dibukanya kembali. Lalu, dikeluarkan dua lembar ribuan dan si pemuda menyodorkan kepada si anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati si anak itu menerima uangnya dan bergegas keluar restoran. Lalu, ia memberikan uang itu kepada pengemis di depan restoran. Merasa heran dan sedikit tersinggung, si pemuda menegur si anak penjual kue, "Hai, Adik Kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang? Kenapa setelah uang ada di tanganmu malah kamu berikan ke orang lain?"

"Om, jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh Ibu saya sendiri dan Ibu pasti akan sedih dan marah jika saya menerima uang dari Om bukan dari hasil menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu." Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap,
"Terima kasih, Om. Ibu pasti akan senang sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

Dari hasil didikan seorang ibu yang luar biasa, lahirlah anak yang hebat! Walaupun mereka miskin harta tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain tetapi dengan bekerja keras, membanting tulang. Karena sesungguhnya, KERJA ADALAH KEHORMATAN bagi setiap manusia!
--------------------

Kamis, 27 Januari 2011

Mengasuh Anak Bikin Wanita Hidup Lebih Lama Ketimbang Pria

Jumlah penduduk wanita di dunia terhitung lebih banyak ketimbang pria. Hal ini salah satunya karena wanita bisa bertahan hidup lebih lama di planet ini. Mengapa demikian?
Alasan utama yang membuat wanita hidup lebih lama adalah kepeduliannya terhadap kesehatan dan anak.
Hal ini berdasarkan pada teori care-giving (pengasuhan), yang menyatakan bahwa orang akan bertahan hidup lebih lama bila dapat mementingkan kesejahteraan dan mengasuh anak-anaknya.
Hampir sama dengan manusia, pejantan dari beberapa jenis primata lain yang terlibat dalam perawatan dan pengasuhan anak memiliki harapan hidup yang sebanding dengan betina, contohnya dalam spesies siamang (sejenis monyet).
Mengapa teori care-giving dapat berisiko pada pada harapan hidup?
Berdasarkan penelitian, pria biasanya lebih nekat dan sembrono ketimbang wanita, sehingga kaum adam cenderung tidak telaten untuk mengasuh dan merawat anak. Perbedaan tersebut dijelaskan karena adanya paparan testosteron pralahir di otak.
“Perbedaan gaya hidup yang berisiko pada gender sangat berpengaruh pada harapan hidup, sedangkan perbedaan biologis seperti tingkat metabolisme, kromosom-Y, testosteron dan estrogen juga berpengaruh tapi tidak terlalu besar,” ujar Dr Will Courtenay, peneliti dan penulis The Journal of Men’s Studies, seperti dilansir dari PsychologyToday, Selasa (17/8/2010).
Hal ini membuat pria lebih suka melakukan tindakan yang berisiko dan ekstrem, sedangkan wanita lebih cenderung menghindari risiko terutama bila sudah memiliki keluarga dan anak.
Tindakan berisiko lebih mungkin membuat pria mengalami kekerasan, kecelakaan atau risiko lain yang membuatnya tak bisa bertahan hidup lebih lama.
Sebenarnya memiliki anak juga dapat berpengaruh pada pria. Terbukti bahwa pria yang menikah dan memiliki anak cenderung menghindari kegiatan yang berisiko ketimbang pria lajang. Pria menikah juga dilaporkan memiliki harapan hidup lebih lama ketimbang pria lajang.(mer/ir)
***
(Ditulis ulang dari tulisan di kampung sebelah, semoga berkenan)

Rabu, 26 Januari 2011

Syahdan

Syahdan, Khalifah Harun al-Rasyid marah besar pada sahibnya yang karib dan setia, yaitu Abu Nawas. Ia ingin menghukum mati Abu Nawas setelah menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa: tidak mau ruku’ dan sujud dalam salat. Lebih lagi, Harun al-Rasyid mendengar Abu Nawas berkata bahwa ia khalifah yang suka fitnah! Menurut pembantu-pembantu-nya, Abu Nawas telah layak dipancung karena melanggar- syariat Islam dan menyebar fitnah. Khalifah mulai terpancing. Tapi untung ada seorang pembantunya yang memberi saran, hendaknya Khalifah melakukan tabayun (konfirmasi) dulu pada Abu Nawas.

Abu Nawas pun digeret menghadap Khalifah. Kini, ia menjadi pesakitan. ”Hai Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak ruku’ dan sujud dalam salat?” tanya Khalifah dengan keras.

Abu Nawas menjawab dengan tenang, ”Benar, Saudaraku.”

Khalifah kembali bertanya dengan nada suara yang lebih tinggi, ”Benar kamu berkata kepada masyarakat bahwa aku, Harun al-Rasyid, adalah seorang khalifah yang suka fitnah?”

Abu Nawas menjawab, ”Benar, Saudara-ku.”

Khalifah berteriak dengan suara menggelegar, ”Kamu memang pantas dihukum mati, karena melanggar syariat Islam dan menebarkan fitnah tentang khalifah!”

Abu Nawas tersenyum seraya berkata-, ”Saudaraku, memang aku tidak menolak bahwa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya kabar yang sampai padamu tidak lengkap, kata-kataku dipelintir, dijagal, seolah-olah aku berkata salah.”

Khalifah berkata dengan ketus, ”Apa maksudmu? Ja-ngan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan kabar itu benar adanya.”

Abu Nawas beranjak dari duduknya dan menjelaskan dengan tenang, ”Saudaraku, aku memang berkata ruku’ dan sujud tidak perlu dalam salat, tapi dalam salat apa? Waktu itu aku menjelaskan tata cara salat jenazah yang memang tidak perlu ruku’ dan sujud.”

”Bagaimana soal aku yang suka fitnah?” tanya Khalifah.

Abu Nawas menjawab dengan senyuman, ”Kala itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 Surat Al-Anfal, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu. Sebagai seorang khalifah dan seorang ayah, kamu sangat menyukai kekayaan dan anak-anakmu, berarti kamu suka ’fitnah’ (ujian) itu.” Mendengar penjelasan Abu Nawas yang sekaligus kritikan, Khalifah Harun al-Rasyid tertunduk malu, menyesal dan sadar.

Rupanya, kedekatan Abu Nawas dengan Harun alRa-syid menyulut iri dan dengki di antara pembantu-pembantunya. Abu Nawas memanggil Khalifah dengan ”ya akhi” (saudaraku). Hubungan di antara mereka bukan antara tuan dan hamba. Pembantu-pembantu khalifah yang hasud ingin memisahkan hubungan akrab tersebut de-ngan memutarbalikkan berita.

Be Positive

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Setiap pasang mata yang memandang setuju bahwa mereka sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan". "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang
kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia....."

Suaminya setuju dan malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, "Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya.

Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman.. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir...

"Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya.

"Oh tidak, lanjutkan."jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan
semua yang terdaftar dan berkata dengan bahagia "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau baik, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku.... "

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya... Ia menunduk dan menangis....
Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati.

Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita.

Minggu, 23 Januari 2011

GEMBOK DAN ANAK KUNCI

~ Gembok & Anak Kunci ~
Apakah ada diantara Anda yg memiliki profesi seorang guru,dosen, atau pengajar ? Pd saat Anda menguji anak didik Anda dlm sebuah tes, sy yakin bhw ketika Anda memberikan pertanyaan, Anda pastinya sdh memiliki jawabannya juga. Tidak mungkin Anda memberikan soal kpd mereka sementara Anda sendiri tidak tahu jawaban dari soal yg Anda berikan tsb.

Hal yg sama berlaku pd sebuah pabrik pembuatan gembok. Mereka tdk hanya menciptakan gembok, tp juga membuat kunci utk setiap gembok tsb. Bayangkan betapa konyolnya jika mrk hanya jual gembok tanpa anak kunci.

Dua analogi sederhana di atas kiranya memberikan pencerahan kpd kita bhw hal yg sama Tuhan lakukan dlm hidup kita. Ketika Tuhan mengijinkan sebuah persoalan, maka sesungguhnya Dia sdh punya jawaban utk persoalan tsb. Tuhan tdk pernah membiarkan kita mengalami persoalan yg tak terpecahkan atau masalah yg tdk ada jalan keluarnya. Tuhan menyediakan kunci utk setiap pergumulan hidup yg kita alami.

Tuhan tdk hanya menyediakan jawaban atau kunci utk setiap masalah yg kita alami, tetapi Dia jg bijak dlm mengukur kemampuan dan kapasitas kita dlm menanggung persoalan. Tuhan tdk akan pernah memberikan soal yg melebihi kemampuan kita.

Bukankah seorang guru tdk akan memberikan soal kelas VI unt anak yg masih kelas 1 ? Jika seorang guru saja bisa demikian bijak dlm menakar kemampuan kita, apalagi Tuhan ?

Melalui kebenaran ini kita diingatkan agar jgn sampai menjadi orang yg mudah mengeluh dan merasa persoalan yg kita alami sgt berat dan tak tertanggungkan. Jangan juga kita menjadi orang yg mudah putus asa krn berpikir masalah kita tdk ada jalan keluarnya. Ingatlah bhw ada soal berarti ada jawaban, ada gembok berarti ada kuncinya.

Ketika Tuhan mengijinkan sebuah persoalan, Dia sudah menyediakan kunci jawabannya:*