Rabu, 04 Agustus 2010

REDENOMINASI = PANGKAS 3 NOL


Rencana Redominasi

Tanpa hiruk pikuk, Pemerintah RI mulai 18 Mei 2010, mengumpulkan dana
untuk
memodali proyek bernama Denominasi Rupiah, yaitu memangkas tiga nol
angka
dalam nominal rupiah, atau yang dulu dikenal sebagai Sanering Rupiah
(Sumber: BI). Peristiwa ini mengingatkan kita pada sanering 31 Desember
1965, saat Orde Lama - Soekarno memangkas nilai Rp 1000 menjadi Rp 1.
Caranya: uang lama 'rupiah glabak, karena dicetak dalam lembaran besar'
yang
beredar, umumnya bernilai Rp 50, Rp 100, Rp 500, Rp 1000, Rp 5000 dan Rp
10.000 ditarik oleh Bank Indonesia, kemudian ditukar menjadi 5 sen untuk
Rp
50, 10 sen untuk Rp 100, dan 50 sen untuk Rp 500, lalu Rp 1 untuk Rp
1000,
Rp 5 untuk Rp 5000, serta Rp 10 untuk baru Rp 10.000 lama.

Sanering Rupiah/Denominasi Rupiah, atau Sanering kali ini didanai dari
Surat
Utang Negara (SUN). Penjualan SUN Denominasi Rupiah ini dilakukan di
Bursa
Efek Indonesia (BEI). Setelah dana terkumpul dirasa cukup oleh
pemerintah,
maka sanering segera dimulai. Memang wacana sanering rupiah sudah lama
muncul sejak Reformasi 1999, dan kini mendekati kenyataan. Rencananya Rp
1000 saat ini akan diganti dengan Rp 1 baru, tentu dengan gambar uang
kertas
yang nyaris serupa. Misalnya Rp 100.000 yang bergambar Soekarno-Hatta
akan
ditarik, dan ditukar dengan Rp 100 baru yang juga bergambar
Soekarno-Hatta,
seperti dulu ketika BI menarik uang plastik Rp 100.000 berbahan polymer
gambarnya hanya dimodifikasi.

Lembaran bergambar I Gusti Ngurah Rai yang bernominal Rp 50.000, kelak
ditukar menjadi Rp 50. Begitu pula dengan rupiah pecahan lainnya, tetapi
kali ini uang kertas Rp 1000 kemungkinan besar diganti dengan koin, jadi
uang kertas terkecil nantinya Rp 2 baru bergambar Pangeran Antasari.
Untuk
uang logam, akan di mulai dari nominal 50 sen untuk mengganti Rp 500,
dan Rp
1 untuk mengganti Rp 1000.

Begitu pula dengan nilai nominal rupiah dalam rekening bank dan slip
gaji
kita. Akan otomatis dipangkas 3 digit dalam penulisannya. Misalnya:
rekening
tabungan Rp 1.525.720,00 akan ditulis Rp 1.525,72 dan ini tentu lebih
efisien, sebab denominasi rupiah akan mengangkat citra mata uang
republik
ini di mata dunia internasonal, karena penulisan rupiah setara dengan
penulisan mata uang lain. Uang baru nantinya akan beredar bersama dengan
rupiah sekarang, dan pedagang nantinya diwajibkan untuk menulis harga
barang
dengan dua jenis rupiah secara berdampingan. Misalnya: 1 Kg beras Rp
6.000,
menjadi 1 Kg beras Rp 6000 / Rp 6 baru. Hal ini tidaklah aneh, tanpa
disadari kebiasaan masyarakat saat ini memangkas nilai uang dalam
istilah
sehari-hari, mereka menyebut 50 untuk nominal Rp 50.000, juga 120 untuk
Rp
120.000.

Denominasi ini katanya untuk mencegah diterbitkannya rupiah dalam
nominal
yang lebih besar lagi akibat inflasi. Beberapa waktu yang lalu, memang
dikuatirkan oleh belbagai pihak bahwa nominal dalam lembaran rupiah akan
terus membengkak, bahkan hingga 7 digit, yaitu Rp 1.000.000. Kekuatiran
ini
diawali oleh rencana terbitnya Rp 200.000 dan Rp 500.000 pasca
beredarnya
uang kertas Rp 2000 pada tahun 2009 kemarin.

Namun sayang, proyek denominasi rupiah kali ini pun tidak dibekali oleh
pondasi yang kuat. Sanering justru dibiayai dari Surat Utang Negara
(SUN),
ini tentunya akan membebani rupiah kelak.

Seharusnya pemerintah bukan mengumpulkan dana dari utang, tetapi
menabung
dalam bentuk emas dari sebagian penghasilannya. Kalau tak sanggup
mengumpulkan emas batangan karena tak ada uang tunai, alangkah baiknya
pemerintah segera mengajak masyarakat untuk menabung dalam dinar.
Setelah
pondasi keuangan terbentuk di masyarakat, misalnya telah beredar 25 juta
koin dinar emas, barulah pemerintah mengkaitkan rupiah dengan dinar,
untuk
memperkuat rupiah baru.

Hal ini tidaklah berlebihan, bila setiap keluarga WNI dianjurkan untuk
menabung 1/2 atau 1 dinar emas. Lepas dari itu semua, yang terpenting
bagi
kita, rakyat Indonesia, denominasi rupiah tidak menjadi awal dari
bencana
permainan riba ex nihilo atau zero sum game dalam rupiah. Sebab nantinya
rakyat yang kalah gesit mengimbagi permainan ini pasti semakin terpuruk
kondisinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar