Minggu, 28 Agustus 2011

Tanda Alam Pergantian Bulan

Allah SWT memberikan tanda-tanda alam dalam setiap pergantian bulan hijaiyah.

Hasil pengamatan saya selama 3 hari ini (26, 27 dan 28 Agustus 2011) menunjukkan bahwa :

Pada tanggal 26 Agustus 2011, antara pukul 04.00-05.00 hujan. Setelah itu matahari muncul/cuaca panas seperti biasa.

Pada tanggal 27 Agustus 2011, dimulai pukul 05.00 hujan turun seharian. Tidak ada matahari (panas) sama sekali hingga waktu berbuka (sekitar pukul 18.00 WIB).

Pada tanggal 28 Agustus 2011, pada saat waktunya matahari terbit cuaca mendung, hingga sekitar pukul 07.30-an matahari muncul namun tidak seterik hari-hari biasa...Biasanya antara jam 09.00 - 11.00 hujan gerimis akan turun disertai angin (badai)....tidak lama kemudian cuaca akan terik seperti biasa hingga sore...


Esoknya tanggal 29 Agustus 2011, biasanya cuaca cerah seharian...ternyata keadaannya sama dengan tanggal 28 Agustus 2011.
Inilah saat pergantian bulan hijayiyah dari Ramadhan ke Syawal...

Tanggal 30 Agustus 2011, Sholat Id....pagi hari cerah...hingga sore hari...

Ayo kita amati, tanda-tanda ini setiap tahun...Tiada yang sia-sia setiap ciptaan Allah...

Sabtu, 27 Agustus 2011

OBAT SAKIT BANGSA



(Opini di Batam Pos edisi 29 Agustus 2011)

Saat sahur adalah saat yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Biasanya kami sahur sambil menonton tayangan televisi. Sebuah stasiun televisi menanyangkan berita mengenai “Nazarudin”. Siapa dia ? Tentu kita semua mengenalnya. Ya..betul, dia adalah “tokoh kunci” dalam kasus dugaan suap proyek Wisma Atlet di Palembang. Konon, pengakuan Nazar akan meruntuhkan negara kita (karena dia mempunyai banyak “amunisi” untuk “menembak” orang-orang penting di negeri ini). Kita tunggu saja bagaimana akhir episode “Si Nazar”.

Tiba-tiba anak saya yang pertama, Ayu (10 tahun) “nyeletuk”, “Kok dari kemarin beritanya Nazarudin terus sih ! Memang Nazarudin itu siapa ?”. Saya diam, tidak menanggapi.…termasuk Istri saya..Biasanya Istri sayalah yang paling sabar menjawab pertanyaan dari anak-anak. Belum ada jawaban, tiba-tiba anak saya kembali bertanya “Korupsi itu apa sih ?”. Mendengar pertanyaan itu, Umminya memberikan jawaban, “Korupsi itu, mengambil sesuatu yang bukan haknya.” Lalu istri saya mencoba untuk menyederhakan pengertian korupsi dengan pemisalan. “Misalnya Ummi nyuruh Mbak Ayu belikan roti. Ummi kasih uang dua ribu, terus Mbak Ayu belikan roti harganya seribu. Ketika Ummi tanya berapa harga roti, Mbak Ayu jawab bahwa harga rotinya dua ribu. Nah itu berarti korupsi (mengambil hak orang lain dengan cara berbohong)”.

Lain hari saya mendapat SMS dari seseorang yang “melaporkan” mengenai keadaan tetangganya. Dia menyampaikan bahwa dia mempunyai seorang tetangga yatim piatu yang sangat baik dan suka menolong seorang ibu yang sedang sakit-sakitan. Anak yatim piatu ini hidup dari memulung barang-barang bekas. Namanya Ridwan. Dengan penghasilan yang tidak menentu, tentu kehidupannya serba kekurangan.

Suatu hari, dia pernah mendatangi sebuah masjid untuk mengadukan kesulitan hidupnya. Dari pengurus masjid menyambut baik dengan janji akan membantunya bahkan akan mensurvei ke lokasi. Namun hingga sudah lebih dari 1 tahun, tak kunjung muncul sang pengurus tersebut. Kekecewaannya semakin bertambah, manakala dia mengalami hal yang sungguh tidak mengenakkan bagi dirinya. Dia mendapatkan perlakuan kurang baik dari seseorang yang lebih mampu secara materi. Selain perlakuan yang kurang baik, kata-kata yang merendahkan harga dirinyapun meluncur deras dari mulut si kaya. Sontak, sakit hati diperlakukan, dihina dan dicaci maki demikian. Maka sejak saat itu dia trauma dan bertekad untuk tidak mau meminta kepada orang lain. Walaupun susah, tidak makan, tidak akan meminta kepada orang lain. Baginya lebih baik tidak makan, dari pada harus meminta pada orang lain. Kemuliannnya semakin bersemi, tatkala ada seorang ibu yang sakit-sakitan seorang diri tidak mampu mememenuhi kebutuhan hidupnya, dia dengan sigap menolongnya. Mulai dari kebutuhan sehari-hari (makan, minum dll), hingga keperluan berobat dia semua yang nanggung. Padahal dia bukan ibu, bukan juga saudara…namun karena kemanusiaannya, dia iklas menolong…tanpa pamrih…

Pengalaman saya ketika shalat tarawih di sebuah masjid di Batam sungguh mengganggu hati saya, yang pada akhirnya saya ingin menulis tentangnya. Apa itu ? Di masjid itu ada tulisan besar dekat penitipan barang “Mohon maaf. UPZ/Panitia Zakat Masjid …… tidak menerima proposal/permohonan dari luar Kecamatan ……”. Dalam hati saya bertanya, “Apakah benar Allah SWT melarang amil zakat menerima permohonan mustahik dari luar wilayah (kecamatan) ? Bukankah tugas amil itu memastikan bahwa zakat telah ditunaikan oleh muzaki dan diterima oleh mustahik ? Lalu kenapa kok dilarang ? Seolah-olah “Orang miskin dilarang minta (baca : mengambil) haknya.”

Sakit “Budaya Korup”

Nazarudin adalah orang yang dikenal “pintar”. “Kepintaran”nya itulah yang mengantarkan dia duduk sebagai Bendahara Umum parpol yang berkuasa saat ini. Dengan “kompetensi”nya dia bisa “memainkan” proyek negara. Uang negara bukan lagi untuk tujuan yang sebenarnya (Wisma Atlet)., tetapi lebih pada kekuasaan. Milyaran rupiah uang negara tidak sampai pada tujuannya. Namun “kepiawaian”nya tersebut ternyata, tidak mampu membawa dia dan negara ini menjadi lebih baik. Negara dirugikan, masyarakat dan orang-orang dekatnya juga terancam dirugikannya. Berbeda dengan Ridwan, walau tidak pintar (karena memang tidak sekolah), namun punya nurani yang mulia. Berusaha sendiri, tidak mengharap bantuan dari orang lain, bahkan ingin selalu membantu orang lain. Alhasil, hidupnya mandiri, tidak merugikan orang lain bahkan dengan menolong seorang ibu miskin dan sakit-sakitan, ia telah membantu mengatasi sebagian masalah kemiskinan bangsa ini.

Mengapa Nazarudin bisa demikian ? Pintar tapi merugikan ? Dan mengapa Ridwan bisa demikian ? Tidak pintar tapi menguntungkan ? Jawabannya karena “bekal pondasi” Nazarudin dan Ridwan berbeda. Nazarudin “bekal pondasi’nya tabiat sedangkan Ridwan “bekal pondasi”nya karakter. “Bekal pondasi” adalah suatu hal yang dilakukan sehari-hari lama-lama akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan akan menjadi perilaku. Perilaku yang buruk namanya tabiat, dan perilaku yang baik namanya karakter. Karakter adalah pondasi. Karakter menjaga harkat manusia agar perilakunya tidak lebih buruk dari hewan. Yang pintar tidak “ngakali”, yang kuat tidak semena-mena, yang kaya tidak makin tamak, yang paham tidak membodohi (Erie Sudewo : 2011).

Perilaku korup bangsa ini telah mendarah daging. Hal ini setidaknya ditunjukkan oleh hasil survey yang dilakukan oleh perusahaan konsultan “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) . Pada tahun 2008 Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Filipina dan Thailand. Pada tahun 2009 dan 2010, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara paling korup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis (http://nusantaranews.wordpress.com). Perilaku yang sudah menjadi “tradisi” dari satu tampuk kekuasaaan ke tampuk kekuasaan lainnya, seakan-akan itulah “budaya” bangsa ini yang sesungguhnya. Jika kita mengenal Hadist Nabi SAW “Serahkan pada ahlinya”, maka Hadist tersebut tidak berlaku di Indonesia. Mengapa ? Karena jika diserahkan pada ahlinya justru akan dikorup (Erie Sudewo pada seminar Agustus 2011).

Sakit “Orang Miskin Dilarang Minta Haknya”
Perlakuan yang diterima Ridwan oleh pengurus masjid dan tulisan di sebuah masjid tersebut mempunyai kesamaan. Dua-duanya dilakukan oleh pengurus masjid. Kita tahu secara normatif, pengurus masjid adalah orang-orang “suci dan pilihan”, tidak banyak orang yang mau menjadi pengurus masjid karena amanahnya begitu berat. Pertanggungjawaban amanah di dunia dan di akhirat. Orang-orang yang “suci dan pilihan” tersebut harusnya tahu betul bagaimana mengurusi hak-hak “jamaah” termasuk didalamnya mengurusi hak-nya si miskin.
Fenomena lahirnya masjid-masjid megah, menjadi kebanggaan tersendiri. Sehingga masjid sebagai symbol pemersatu ummat. Namun maraknya masjid ternyata tidak diimbangi dengan suburnya kepekaan sosial dari pengurusnya. Ironis memang, ketika masjid sebagai symbol kejamaahan (mengelola dana ZIS), tempat dimana semua orang dapat mendapatkan pencerahan rohani, tempat ummat meminta perlindungan, tempat berlabuh semua orang akan segala persoalannya, termasuk si miskin. Ternyata dibalik mewah dan megahnya tembok dan mengkilatnya lantai masjid, pernak-pernik ornament dan kaligrafi yang indah, ada si miskin yang “dilarang” mengajukan/meminta hak-nya di masjid. Ditolaknya dengan alasan “bukan dalam satu wilayah”, seolah-olah hanya si miskin yang ada dalam wilayah tertentu saja yang berhak memperolehnya. Si miskin tidak mendapatkan pembelaan dari Masjid.

Perilaku ini jelas tidak sesuai dengan perintah Allah SWT, bahwa orang miskin berhak mendapatkan dana sosial (ZIS) tanpa dibatasi oleh territorial. Sebagiamana firman Allah SWT dalam QS At Taubah ayat 60 ”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Perlahan tapi pasti, bila perilaku ini dibiarkan, lama-lama menjadi biasa dan menjadi darah daging budaya bangsa ini. Naudzubillah…

Obat Sakit Bangsa
Bagaimana mengatasi bangsa yang sakit ini ? Jawabnya sederhana. Ibarat membangun sebuah rumah, seberapa tingginya, seberapa besarnya, semua itu tergantung pondasinya. Semakin kuat pondasinya semakin kokoh bangungannya. Sehebat apapun bangsa ini, sepintar apapun, secanggih apapun, semaju apapun, semua itu ditentukan oleh pondasinya, yaitu karakter. Karakter dasar tersebut adalah tidak egois, jujur dan disiplin. Dengan karakter, apapun kompetensi yang dibangun diatas pondasi itu akan berdiri tegak dengan baik dan benar. Dengan karakter, orang berilmu akan tebar ilmunya. Dengan karakter, orang kaya tidak akan menikmati kekayaannya hanya untuk diri dan keluarganya saja. Dengan karakter, pejabat negara akan menyejahterakan rakyat. Dengan karakter, pengusaha pasti tidak akan serakah (Erie Sudewo : 2011).

Bulan Ramadhan adalah bulan “bakar-bakar”. Bulan membakar semua perilaku yang tidak baik. Bulan latihan untuk menahan hawa nafsu, bulan untuk mengendalikan sifat egois. Bulan kejujuran dan bulan latihan untuk disiplin.

Lihatlah, hanya pada Ramadhan saja kita bisa dilatih untuk tidak egois. Kita dianjurkan untuk memberi makan orang berbuka. Motivasinya karena pahalanya sama dengan orang yang berpuasa. Itu artinya kita harus peka terhadap kebutuhan orang lain, jangan hanya melihat diri kita saja. Egois dihilangkan.

Kita dilatih jujur. Bahwa ibadah puasa itu ibadah yang hanya Allah SWT yang akan membalasnya. Itu artinya hanya kita dan Allah sajalah yang tahu bahwa kita puasa atau tidak. Jujur pada diri sendiri. Tidak ada orang yang tahu apakah kita puasa atau tidak.
Dibulan inipun kita dilatih untuk disiplin. Bersegera dalam berbuka, dan mengakhirkan dalam sahur. Itu artinya kita dilatih untuk on time, disiplin kapan boleh berbuka dan disiplin kapan tidak boleh makan. Dengan disiplin hidup mudah diatur.

Latihan-latihan di Ramadhan ini, merupakan obat bagi bangsa ini untuk menyembuhkan penyakitnya. Mulailah kita pada Syawal ini untuk tidak egois, mulai untuk jujur pada diri sendiri dan mulailah untuk disiplin. Dengan memulainya tentu kita sudah menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Yang pada akhirnya kebiasaan-kebiasaan ini akan melahirkan dan membentuk karakter di setiap nadi kehidupan kita.

Selamat Idul Fiitri 1 Syawal 1432H, mohon maaf lahir batin…Semoga Idul Fitri ini menjadi momen “sembuh”nya berbagai penyakit bangsa ini. Semoga bangsa ini menjadi bangsa yang sehat…


Batam, 27 Agustus 2011


Cahyo Budi Santoso
Dosen Fakultas Ekonomi UNRIKA
Branch Manager BMH KEPRI

Selasa, 23 Agustus 2011

6 SIFAT YANG DILAKNAT ALLAH SWT

Hindarilah dari 6 Sifat yang dilaknat اَللّه سبحانه وتعالى terhadap para istri :

1. Al -Anaanah: banyak keluh kesah. Yg selalu merasa tak cukup, apa yg diberi semua tak cukup. diberi rumah tak cukup, diberi motor tak cukup, diberi mobil tak cukup, dll. Tak ridho dg pembelaan dan aturan yg diberi suami. Asyik ingin memenuhi kehendak nafsu dia saja, tanpa memperhatikan perasaan suami, tak hormat kepada suami apalagi berterima kasih pada suami. Bukannya hendak menolong suami, apa yg suami beri pun tak pernah puas. Ada saja yg tak cukup.

2. Al-Manaanah: suka mengungkit. Kalau suami melakukan hal yg dia tak berkenan maka diungkitlah segala hal tentang suaminya itu. sangat senang hendak membicarakan suami: tak ingat budi, tak bertanggungjawab, tak sayang dan macam-macam. Padahal suami sudah memberi perlindungan macam2 padanya.

3. Al -Hunaanah
: ingin pada suami yg lain atau berkenan kpd lelaki yg lain. sangat suka membanding-bandingkan suaminya dg suami/lelaki lain. Tak ridho dg suami yg ada.

4. Al- Hudaaqah: suka memaksa. Bila hendak sesuatu maka dipaksa suaminya melakukan. Pagi, petang malam asyik menekan dan memaksa suami. Adakalanya dg berbagai ancaman: ingin lari, ingin bunuh diri, ingin membuat malu suami, dll. Suami dibuat seperti budaknya, bukan sebagai pemimpinnya. Yg dipentingkan adalah kehendak dan kepentingan dia saja.

5. Al -Hulaaqah: sibuk bersolek atau tidur atau santai2 dll hingga lalai dg ibadah-ibadah asas, seperti solat berjemaah, wirid zikir, mengurus rumah-tangga, berkasih sayang dg anak2, dll.

6. As-Salaaqah: banyak berbicara, menggosip. Siang malam, pagi petang asik menggosip terus. Apa saja yg suami kerjakan selalu tidak benar dimatanya. Zaman sekarang ni bergosip bukan saja berbicara di depan suami, tapi dg telfon, SMS, internet, BBM dan macam2 cara yang lain . Yg jelas isteri tu asyik menyusahkan suami dg kata2nya yg menyakitkan..

»Ayo kita perbaiki jgn smp kena azab اللّهُ.. ({})
Herman@eaton.com

Kamis, 18 Agustus 2011

ZAKAT UANG DAN EMAS SAYA ?

Rubrik Konsultasi Zakat – BMH Kepulauan Riau – Batam Pos edisi 5 Ramadhan 1432 H (5 Agustus 2011)

ZAKAT UANG DAN EMAS SAYA ?


Pertanyaan :
Ustadz, saya mau nanya. Kalau punya uang Rp 25 juta tambah dengan emas kira-kira (jika diuangkan) sebesar Rp 5 juta, apakah udah wajib dibayar zakatnya ?
Dapi
+627787892084


Jawaban:
Terimakasih atas pertanyaannya.
Jika uang dan emas serta orangnya telah memenuhi syarat-syarat zakat, lalu ditambah dengan memenuhi nishab (85 gram emas) dan telah mencapai haul (1 tahun), maka wajib ketika itu untuk mengeluarkan zakat. JIka harga emas saat ini harganya Rp 350.000 per gram-nya, maka nishabnya = 85 gram X Rp 350.000 = Rp 29.750.000. Dengan demikian karena uang dan emas Bapak nilainya kurang dari nishab, sehingga tidak wajib zakat.

Namun demikian, sebagai bentuk rasa syukur Bapak dapat berinfak/bersedekah yang besarnya sesuai dengan kesanggupan dan keiklasan Bapak. Apalagi infak di bulan Ramadhan, sangatlah dianjurkan. Pahala kebaikan berinfak dibulan Ramadhan berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan diluar Ramadhan.

Demikian penjelasan semoga bermanfaat…Wallohu’alam bishowab….

HARTA BENDA YANG WAJIB DI ZAKATI

Rubrik Konsultasi Zakat – BMH Kepulauan Riau – Batam Pos edisi 4 Ramadhan 1432 H (4 Agustus 2011)

HARTA BENDA YANG WAJIB DI ZAKATI

Pertanyaan :
Ustadz, mohon penjelasan harta benda apa sajakah yang wajib kita keluarkan zakatnya ?
Mujahid
Tanjung Piayu - Batam

Jawaban:

Terimakasih atas pertanyaannya.
Harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah emas dan perak, tanaman, buah-buahan, binatang ternak, dan harta rikaz.

Nishab emas adalah dua puluh Dinar, dan nishab perak dua ratus Dirham, sedangkan besar zakat keduanya adalah 2 ,5%.

Tanaman-tanaman dan buah-buahan yang terkena wajib zakat nishabnya lebih dari 5 wasq = 60 sha’. 1 sha’ = 2,75 Kg). Kadarnya 10% tanpa irigasi, dan 5% dengan irigasi.

Rikaz, barang galian ialah harta karun yang didapat tanpa niat mencari harta terpendam dan tidak perlu bersusah payah.

Zakat dari rikaz ini harus segera dikeluarkan, tanpa dipersyaratkan haul (melewati setahun) dan tidak pula nishab

Demikian penjelasan semog bermanfaat.Wallohu’alam bishowab….

BERAPA ZAKAT GAJI ANAK SAYA ?

Rubrik Konsultasi Zakat – BMH KEPULAUAN RIAU – Batam Pos edisi 3 Ramadhan 1432 H (3 Agustus 2011)

BERAPA ZAKAT GAJI ANAK SAYA ?

Pertanyaan :
Ustadz, anak saya kerja di sebuah perusahaan di Tanjung Uncang – Batam. Gajinya Rp 2,7 juta / bulan. Kebutuhan hidup Rp 2 juta. Apakah gaji anak saya dizakatkan ? Jika iya, berapa zakatnya ? Kemana dibayarkannya. Mohon penjelasan Ustadz.. Terimakasih.
Ernawati di Kavling Saguba – Batam
085265925047


Jawaban:
Ibu Ernawati yang dirahmati Allah SWT.
Jika gaji atau penghasilan dan orangnya telah memenuhi syarat-syarat zakat, lalu ditambah dengan memenuhi nishab dan telah mencapai haul (saat gaji diterima), maka wajib ketika itu untuk mengeluarkan zakat. Nishab zakat penghasilan adalah 520 Kg beras. Jika harga beras Rp 5.000 / Kg, berarti nishabnya adalah Rp 2.600.000,-. Dengan demikian gaji anak Ibu telah lebih dari nishab (Rp 2,7 juta > Rp 2,6 juta), artinya wajib mengeluarkan zakatnya. Besar zakatnya adalah 2,5% dari Rp 2.700.000,- yaitu Rp 67.500,-. Untuk bulan berikutnya, dihitung kembali sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Lalu kemana zakat tersebut disalurkan ? Jika Ibu mampu menemukan/mendapatkan orang yang berhak menerima zakat (mustahik), Ibu bisa langsung salurkan kepada mereka. Namun apabila Ibu tidak mampu bahkan kesulitan menemukan penerima zakat, Ibu dapat menyalurkannya melalui Lembaga/Badan Zakat. Dengan Ibu menyalurkan melalui Lembaga/Badan, pengelolaan zakat akan terkelola dengan baik, karena mereka mempunyai tanggungjawab untuk memikirkan program-program pemberdayaan untuk mengangkat mustahik menjadi muzaki (pembayar zakat).
Demikian penjelasan, semoga bermanfaat. Wallohu’alam bishowab….

PUASA LUPA NIAT

Rubrik Konsultasi Zakat – BMH KEPULAUAN RIAU – Batam Pos edisi 2 Ramadhan 1432 H (2 Agustus 2011)

PUASA LUPA NIAT

Pertanyaan :
Ustadz, bagaimana puasanya orang yang lupa niat puasa (baru ingatnya setelah sholat subuh). Terimakasih atas penjelasan Ustadz.
Adi
08127028903

Jawaban:
Bapak Adi yang dirahmati Allah SWT.
Yang pertama perlu saya sampaikan adalah bahwa niat itu letaknya dalam hati. Ketika Bapak mendengar bahwa bulan Ramadhan sebentar lagi tiba, kemudian Bapak “berpikir” Ramadhan nanti akan berpuasa, maka apa yang Bapak pikirkan itu adalah “niat”. Artinya jauh hari Bapak telah melakukan niat untuk berpuasa Ramadhan.

Yang kedua adalah bahwa “hukum” itu berlaku bagi orang-orang yang “ingat”, jika tidak ingat, tidak sadar, tertidur, lupa, maka orang tersebut tidak terkena hukum. Maka apabila Bapak terlupa tidak niat, dan ingatnya ketika setelah sholat Subuh, maka pada saat ingat itulah hukum mulai berlaku kepada Bapak.

Jadi, insya Allah Bapak dapat terus melakukan puasa…Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1432H. Semoga Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang Istimewa bagi kita semua. Amiin. Wallohu’alam bishowab….

BEDA ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

Rubrik Konsultasi Zakat BMH KEPULAUAN RIAU – Batam Pos edisi 1 Ramadhan 1432 H (1 Agustus 2011)

BEDA ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

Pertanyaan :
Ustadz, mohon penjelasannya menggenai apa bedanya Infak, Zakat dan Sedekah ? Terimakasih atas penjelasannya.
Titi
Batam Centre-Batam


Jawaban:
Secara umum, pengertian zakat adalah sejumlah harta tertentu yang dengan syarat-syarat tertentu diberikan kepada orang-orang tertentu.
Dalam zakat ada istilah nishab dan haul. Nishab adalah batas ukuran (ketentuan) dikeluarkannya zakat. Misal 85 gram emas untuk zakat perhiasan, 30 ekor untuk zakat peternakan (sapi), 40 ekor untuk zakat peternakan kambing dlsbnya. Haul adalah batas waktu dikeluarkannya zakat. Misal 1 tahun.

Menurut KH Didin Hafidudin, persyaratan harta yang wajib dizakatkan itu adalah :
1. Harta itu dikuasai secara penuh dan dimiliki secara sah, yang didapat dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian yang sah, dimungkinkan untuk dipergunakan, diambil manfaatnya, atau kemudian disimpan. Di luar itu, seperti hasil korupsi, kolusi, suap, atau perbuatan tercela lainnya, tidak sah dan tak akan diterima zakatnya. HR Muslim, Rasulullah bersabda bahwa “Allah SWT tidak akan menerima zakat/sedekah dari harta yang ghulul (didapatkan dengan cara batil).”
2. Harta yang berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang, misalnya harta perdagangan, peternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama, obligasi, dan lain sebagainya.
3. Telah mencapai nisab, harta itu telah mencapai ukuran tertentu. Misalnya, untuk hasil pertanian telah mencapai jumlah 653 kg, emas/perak telah senilai 85 gram emas, perdagangan telah mencapai nilai 85 gram emas, peternakan sapi telah mencapai 30 ekor, dan sebagainya.
4. Telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungan nya untuk kelangsungan hidupnya.
5. Telah mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu, misalnya perdagangan. Akan tetapi, untuk tanaman dikeluarkan zakatnya pada saat memanennya (Q.S. Al-An'am: 141).
Sedangkan infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Jika zakat ada nisabnya, infak tidak mengenal nisab. Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf) maka infak boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orangtua, anak yatim, dan sebagainya.
Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang
bersifat non materiil.

HR Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami-isteri, dan melakukan
kegiatan amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah.

Jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk berinfak atau bersedekah.

Berinfak adalah ciri utama orang yang bertakwa , ciri mukmin yang sungguh-sungguh imannya , ciri mukmin yang mengharapkan keuntungan abadi . Berinfak akan melipatgandakan pahala di sisi Allah SWT.

Wallohu’alam bishowab….


BERMARTABAT DENGAN ZAKAT


(Dimuat di Batam Pos edisi 12 Agustus 2011)

BERMARTABAT DENGAN ZAKAT
oleh
Cahyo Budi Santoso*)

Apa arti uang Rp 20.000 bagi Anda ? Tentu masih ingat kita akan peristiwa “Tragedi Zakat” dalam 9 tahun terakhir. Di Gresik tahun 2002 menelan korban 1 meninggal dunia, “Tragedi Zakat Jakarta” tahun 2003 menelan korban 3 orang tewas, dan puncaknya pada tahun 2008 “Tragedi Zakat Pasuruan”. H. Syaichon (50 tahun), pengusaha kulit, jual beli mobil dan sarang burung wallet membagikan zakatnya secara langsung kepada fakir miskin. Alhasil, 21 orang meninggal karena terinjak-injak untuk memperebutkan selembar uang dua puluh ribu. Begitulah potret pengelolaan zakat di Indonesia, masyarakat masih mau menyalurkan zakatnya secara langsung dengan berbagai alasan. Salah satu alasannya yang sering dijadikan argument adalah “puas”. Menyalurkan zakat sendiri, punya kepuasan tersendiri. Muzaki dapat langsung menyampaikan niatnya kepada mustahik. Memang benar, puas bagi muzaki (pembayar zakat). Namun apakah mustahik juga puas ? Puas yang bagaimana yang muzaki rasakan ?

Zakat esensinya adalah mengangkat harkat martabat muzaki dan mustahik. Zakat untuk memulyakan muzaki dan mustahik. Bukan untuk menyengsarakan…bukan untuk menambah derita…bahkan bukan untuk ajang “pamer kebajikan (baca : kepuasan)”
Sedih, BAZ dan LAZ sebagai badan/lembaga yang diberi otoritas mengelola zakat dii Indonesia, masih kurang mendapat kepercayaan dari muzaki. Namun disisi lain, mustahik terus berharap agar BAZ dan LAZ dapat membantu kesulitan mereka.

Sudah 66 tahun kemerdekaan Indonesia, namun sepertinya Indonesia belum bisa keluar dari masalah kemiskinan. Kemiskinan bukanlah hanya faktor kemalasan (miskin struktural) sebagai penyebabnya, namun juga disebabkan oleh ketidakmerataan distribusi pendapatan, kesempatan kerja, akses pendidikan dan hajat hidup lainnya. Hal ini diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan atas hartawan muslim suatu kewajiban zakat yang dapat menanggulangi kemiskinan. Tidaklah mungkin terjadi seorang fakir menderita kelaparan atau kekurangan pakaian kecuali oleh sebab kebakhilan yang ada pada hartawan muslim. Ingatlah, Allah SWT akan melakukan perhitungan yang teliti dan meminta pertanggungjawaban mereka dan selanjutnya akan menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat pedih.”

Visi zakat adalah mengubah mustahik menjadi muzaki. Mengubah kemiskinan menjadi keberdayaan. Mengubah tangan dibawah menjadi tangan diatas. Oleh karena itu zakat sering disebut dengan konsep mengangkat harkat martabat muzaki dan mustahik. Mengapa ? Karena dengan zakat, muzaki telah memenuhi hak mustahik. Dengan zakat, muzaki telah membersihkan dirinya dari sifat bakhil. Dan dengan zakat, muzaki telah mengangkat martabatnya dihadapan Allah SWT sebagai pribadi jujur dan beriman.

Demikian juga bagi mustahik. Zakat sesungguhnya hak dia. Zakat sesungguhnya air dalam kedahagaan. Zakat sesunguhnya untuk mengangkat martabatnya dari keterpurukan menjadi keshalihan. Oleh karena itu, zakat menjadi instrument amal jama’i dalam pengentasan kemiskinan.

Agar visi zakat dapat terwujud, perlu upaya agar kesadaran berzakat melalui lembaga semakin meningkat. Antara lain dengan optimalisasi peran dan fungsi lembaga zakat baik melalui transparansi laporan keuangan maupun kegiatan. Juga perlunya gerakan yang mensosialisasikan “bayar zakat melalui lembaga”.
Menunaikan zakat bukan hanya sekedar kewajiban, tetapi lebih dari sekedar kebutuhan. Bukan hanya kebutuhan mustahik, tetapi juga kebutuhan muzaki. Karena dengan zakat sesungguhnya mengangkat martabat muzaki dan mustahik.

Batam, 10 Agustus 2011

*) Branch Manager BMH Kepulauan Riau

ZAKAT SEBAGAI INTEGRATED QUOTIENT

ZAKAT SEBAGAI INTEGRATED QUOTIENT
Oleh
Cahyo Budi Santoso *)

Setiap ibadah yang Allah perintahkan tentu punya tujuan. Tujuan puasa adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa. Firman Allah SWT “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Baqarah : 183).

Jika kita artikan kata “takwa” menurut Sayyid Ali Khamenei mengatakan takwa artinya takut kepada Allah SWT yang disertai aktifitas atau mencegah diri dari segala larangan sembari mengerjakan segala perintahNya. Maka orang yang bertakwa adalah orang yang takut akan hukum Allah, dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun. Orang-orang yang takut kepada hukum Allah SWT memiliki ciri-ciri, yang dapat kita urai dari kata “takwa”.

Kata “takwa” terdiri dari 4 huruf Hijaiyah yaitu huruf “Ta” artinya Tawadlu (rendah hati), huruf “Qaf” artinya Qonaah (menerima apa adanya), huruf “Wau” artinya Waro’ (hati-hati), dan huruf “Ya” artinya “Yakin (percaya)”.
Dengan demikian, orang yang bertakwa senantiasa rendah hati, iklas menerima apa yang ia terima, selalu berhati-hati dalam setiap aktifitasnya, dan meyakini bahwa Allah SWT hanyalah satu-satunya tujuannya.

“Waro’” artinya berhati-hati dalam semua aspek kehidupan, dimana aspek kehidupan kita sebagai manusia meliputi bidang ekonomi (finansial), bidang kemanusiaan (sosial), bidang pendidikan (intelektual) dan bidang dakwah (spiritual).
Dalam bidang ekonomi, orang yang bertakwa adalah orang yang cerdas secara finansial. Cerdas finansial (financial quotient) berarti cerdas dalam mencari dan menggunakan finansialnya secara baik dan benar (halalan thoyiban). Baik dan benar dalam mencari finansial berarti memilih jenis pekerjaan dan cara memperoleh penghasilan tidak boleh yang melanggar syariat. Menjadi pegawai/karyawan adalah cerdas memilih/memiliki jenis pekerjaan yang baik, namun jika cara mendapatkan penghasilannya dilakukan dengan cara-cara yang melanggar syariat (korupsi) maka ia tidak cerdas finansial. Jika memiliki jenis pekerjaan yang baik dan cara memperoleh penghasilannya benar, kemudian dia juga harus cerdas dalam menggunakannya.

Cerdas dalam menggunakan finansialnya merupakan ciri orang yang bertakwa. Orang bertakwa mengetahui bahwa segala apa yang diperoleh, bukanlah miliknya. Ada hak orang lain. “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu, sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim” (QS Al Baqarah:254). Dalam ayat 267-nya ”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Menurut ayat diatas, “membelanjakan dijalan Allah” dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuknya. Ada yang bersifat sukarela seperti berinfak, bersedekah, dan berwakaf. Ada yang sifatnya wajib, yaitu menunaikan zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal).
Esensi zakat adalah mendorong setiap pribadi manusia (individu) agar memiliki etos kerja/semangat dalam mencari penghasilan (berusaha) dengan cara yang baik dan benar. Dengan hasil kerja kerasnya (yang baik dan benar) dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan hasil kerjanya itu juga, digunakan untuk berbagi dengan yang lain. Berbagi dengan yang lain merupakan bentuk solidaritas sesama hamba (hablumminnas) juga sebagai bentuk kepatuhan hamba kepada Tuhannya (hablummninnas).

Integrated Quotient

Orang yang bertakwa adalah orang yang hati-hati dalam setiap langkah kehidupannya. Hati-hati terhadap apa yang akan dia kerjakan, hati-hati terhadap apa yang dia akan terima, dan hati-hati terhadap apa yang akan dibelanjakan. Karena semuanya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT. Dengan kehatian-hatiannya akan membawa kepada ketakwaan. Ketakwaan dalam berzakat memiliki implikasi baik bagi muzaki maupun bagi mustahik.
Menunaikan, mengelola dan menyalurkan zakat merupakan keterpaduan kecerdasan (integrated quotient). Dengan zakat mendorong seseorang menjadi pribadi yang cerdas financial (financial quotient). Dengan finansial yang ia punyai dapat ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika kebutuhan hidupnya telah terpenuhi, ia dapat berbagi dan berempati dengan sesama. Mampu berbagi dan berempati dengan sesama menunjukkan bahwa ia memiliki kecerdasan sosial (social quotient).

Dengan finansialnya, dia juga dapat meningkatkan kualitas pengetahuannya, yang dapat ia lakukan dengan bersekolah, membeli buku, mengikuti training, seminar dan hal-hal lain-nya. Semua hal-hal tersebut tentu membutuhkan biaya. Bagi orang yang memiliki financial tentu bukan masalah. Dengan demikian ia telah mampu meningkatkan kecerdasan intelektual-nya (intelligence quotient).

Dan dengan kecerdasan intelektualnya (meningkatnya pengetahuannya), ia semakin menyadari bahwa semua yang ia peroleh adalah pemberian Allah SWT, semua yang ia punyai adalah bukan miliknya tapi milik Allah SWT. Kesadaran inilah yang disebut kecerdasan spiritual (spiritual quotient). Dan itulah puncak kecerdasan tertinggi.

Yang berzakat (muzaki) cerdas, yang menerima zakatpun (mustahik) semakin cerdas. Dengan berzakat berarti dia memiliki kecerdasan financial, kecerdasan sosial, kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual. Dengan menerima zakat, mustahik diajak untuk cerdas secara financial, cerdas intelektualnya, cerdas sosialnya dan cerdas spiritualnya.
Dengan zakat, menjadikan kita cerdas finansial, cerdas social, cerdas intelektual dan cerdas spiritual.

Batam, 17 Agustus 2011

*) Branch Manager BMH Kepulauan Riau

Minggu, 14 Agustus 2011

PASSPORT

Passport (oleh Rhenal Kasali*)

Setiap saat mulai perkuliaha​n, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherank​an, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat​ tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya​ melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan​ dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kela​s yang saya asuh saya memulainya​ dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan​, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura,​ Timor Leste atau Brunei Darussalam​. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.
"Uang untuk beli tiketnya bagaimana,​ pak?" Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan​ hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelengg​u oleh constraint​. Dan hampir pasti jawabannya​ hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Pertanyaan​ seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa,​ melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jala​n. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buan​g uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamatern​ya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan​ sejuta kesempatan​ untuk maju. Anda bisa mendapatka​n sesuatu yang yang terbayangk​an, pengetahua​n, teknologi,​ kedewasaan​, dan wisdom.

Namun beruntungl​ah, pertanyaan​ seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong,​ dan diantarany​a adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpacker​s. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan​ super murah, menggendon​g ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya​ tak ada bedanya dengan remaja-rem​aja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.I​ni berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeram​kan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian.​ Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasio​nal) yang tugasnya memetakan pameran-pa​meran besar yang dikoordina​si pemerintah​. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan​ aneka barang kerajinan,​ dan pulangnya mereka jalan-jala​n, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampir​i saya dengan menunjukka​n pasportnya​ yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-tema​nnya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan​ besar di luar negeri.
The Next Convergenc​e
Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergenc​e, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan​, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan​ penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lul​usan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-bali​k Surabaya-H​ongkong.

Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun.​ Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Ma​ka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan​ Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatka​n pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu pupusnya kebangsaan​ karena kita kurang urus daerah perbatasan​. Rumah-ruma​h kumuh, jalan berlubang,​ pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan infrastruk​tur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya​ ada di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universita​s Indonesia,​ setiap mahasiswa saya diwajibkan​ memiliki pasport dan melihat minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksika​n penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisas​i. Namun belakangan​ saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian​ dan inisiatif?​ Maka perjalanan​ penuh pertanyaan​ pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya​ jauh lebih rumit dan pronouncia​tion-nya sulit dimengerti​ menjelajah​i dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatka​n tiket, menabung, mencari losmen-los​men murah, menghubung​i sponsor dan mengedarka​n kotak sumbangan.​ Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya sendiri.

Namun harap dimaklumi,​ anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportn​ya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuany​a mampu membelikan​ mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.
Anak-anak yang ditugaskan​ ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalin​ya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman​, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.

Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasaka​n anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca,​ perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin​ yang baru punya pasport dari uang negara.

*) Guru Besar Universita​s Indonesia

Jawapos, 8 Agustus 2011

Doa Abu Bakar

Ya Allah, jadikan :
1. Masa terbaikku di penghujungnya
2. Amalan terbaikku di akhirnya
3. Hari terbaikky di hari bertemu dengan-Mu

Perbuatan Baik menghapus Dosa

"Sesungguuhnya perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang yang ingat".
QS Hud :114

Adab Minum

Abu Qatadah mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda "Bila seseorang minum, maka janganlah bernapas didalam tempat minuman"
HR Bukhari Muslim

Orang Yang Doanya Tidak Ditolak

1. Orang yang berpuasa hingga berbuka
2. Penguasa yang adil (berlandaskan hukum Allah dan Rasulullah SAW)
3. Orang yang didzalimi

HR Tirmidzi

Kamis, 11 Agustus 2011

Qur'an "Miracle The Reference"


Anda ingin memiliki Qur'an Miracle The Reference ? Hub Cahyo 0811 70000 40 or 0819 911 911 40. Email to : cafana_07@yahoo.com

Alhamdulillah, telah terbit PERTAMA DIDUNIA, Al Qur'an "Miracle The Reference". Sebuah Al Qur'an "AJAIB". Selain berisi terjemah per kata, juga berisi terjemah lengkap, Tafsir At Tabhari, Tafsir Ibnu Katsir, Hadist Sahih
, Doa dan Dzikir, dan Khazanah Pengetahuan.

Al Qur'an ini sangat cocok bagi siapapun yang ingin mendapatkan "one stop reference", karena dalam 1 kitab al qur'an terdapat 22 kandungannya. Sangat tepat dimiliki oleh Masjid/Musholla/Majelis Ta'lim dan Perusahaan.

Cocok juga sebagai hadiah atau bingkisan untuk Sahabat, Ustadz, Dai/Mubaligh dan orang-orang yang Anda kasihi...

Dapatkan kesempatan memilikinya segera, sekarang juga....Harga hanya Rp 329.000 / pcs (diluar ongkir).

Kami memberikan diskon khusus untuk pembelian kelompok (Majelis Ta'lim).

Hubungi Cahyo 0811 70000 40 or 0819 911 911 40. Email to : cafana_07@yahoo.com

Dengan memiliki Miracle The Reference ini, Anda akan mendapatkan kemudahan-kemudahan, karena Al Qur'an ini mengandung 22 Keungulan yang memudahkan :
1. Terjemah Tafsiriyah Per Kata
2. Keyword
3. Sistem Pewarnaan Tajwid
4. Panduan Hukum Tajwid
5. Terjemah Kementrian Agama RI
6. Munasabah Ayat dan Surah
7. Tafsir Ath Thabari
8. Tafsir Ibnu Katsir
9. Hadisth Sahih
10. Doa dan Zikir
11. Kosakata
12. Asbanunnuzul
13. Doa dalam Al Qur'an
14. Khazanah Pengetahuan
15. Tanda-tanda dalam Al Qur'an
16. Asmaul Husna
17. Indeks Tematik
18. Sirah Nabawiyah
19. Atlas Sirah nabawiyah
20. Analisis Peta
21. Zikir Al Ma'surat
22. DVD Metode Syabana

Berita terkait klik disini

Selasa, 09 Agustus 2011

Hidayah Allah dari Bilal

KISAH NYATA DARI TANAH ARAB.....

Ditengah gemuruhnya kota, ternyata Riyadh menyimpan bayak kisah.
Kota ini menyimpan rahasia yang hanya diperdengarkan kepada telinga dan hati yang mendengar. Tentu saja, Hidayah adalah kehendak NYA dan Hidayah hanya akan diberikan kepada mereka yang mencarinya.

Ada sebuah energi yang luar biasa dari cerita yang kudengar beberapa hari yang lalu dari sahabat Saya mengenal banyak dari mereka, ada beberapa dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka dan kebanyakan dari Mesir dan Saudi Arabia sendiri. Ada beberapa juga dari suku Arab yang tinggal dibenua Afrika. Salah satunya adalah teman dari Negara Sudan, Afrika.

Saya mengenalnya dengan nama Ammar Mustafa, dia salah satu Muslim kulit hitam yang juga kerja di Hotel ini.

Beberapa bulan ini saya tidak lagi melihatnya berkerja.
Biasanya saya melihatnya bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh yang sampai saat ini belum bisa ramah dikulit saya.

Hari itu Ammar tidak terlihat.
Karena penasaran, saya coba tanyakan kepada Iqbal tentang kabarnya.

"Oh kamu tidak tahu?"
Jawabnya balik bertanya, memakai bahasa Ingris khas India yang bercampur dengan logat urdhu yang pekat.

"Iyah beberapa minggu ini dia gak terlihat di Mushola ya?" Jawab saya.

Selepas itu, tanpa saya duga iqbal bercerita panjang lebar tentang Ammar.
Dia menceritakan tentang hidup Ammar yang pedih dari awal hingga akhir, semula saya keheranan melihat matanya yang menerawang jauh. Seperti ingin memanggil kembali sosok teman sekamarnya itu.

Saya mendengarkan dengan seksama.

Ternyata Amar datang ke kota Riyadh ini lima tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2004 lalu.
Ia datang ke Negeri ini dengan tangan kosong, dia nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di Kota ini. Saudi arabia memang memberikan free visa untuk Negara Negara Arab lainnya termasuk Sudan, jadi ia bisa bebas mencari kerja disini asal punya Pasport dan tiket.

Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat.
Do'a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini demi keluarganya ternyata saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal di apartemen teman temannya.

Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan.
Ia tetap mencari kesempatan agar bisa mengirim uang untuk keluarganya di Sudan.

Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat...
Bulan ketiga hingga tahun tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir..
Waktu bergeser lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di Kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana Kota yang garang.
Tapi amar tetap bertahan dalam kesabaran.

Kota metropolitan akan lebih parah dari hutan rimba jika kita tidak tahu caranya untuk mendapatkan uang, dihutan bahkan lebih baik. Di hutan kita masih bisa menemukan buah buah, tapi di kota? Kota adalah belantara penderitaan yang akan menjerat siapa saja yang tidak mampu bersaing.

Riyadh adalah ibu kota Saudi Arabia.
Hanya berjarak 7 jam dari Dubai dan 10 Jam jarak tempuh dengan bis menuju Makkah. Dihampir keseluruhan kota ini tidak ada pepohonan untuk berlindung saat panas. Disini hanya terlihat kurma kurma yang berbuah satu kali dalam setahun..

Amar seperti terjerat di belantara Kota ini.
Pulang ke suddan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan keluarganya di negeri Sudan. Itu tekadnya.

Ammar tetap tabah dan tidak berlepas diri dari keluarganya.
Ia tetap mengirimi mereka uang meski sangat sedikit, meski harus ditukar dengan lapar dan haus untuk raganya disini.

Sering ia melewatkan harinya dengan puasa menahan dahaga dan lapar sambil terus melangkah, berikhtiar mencari suap demi suap nasi untuk keluarganya di Sudan.

Tapi Ammar pun Manusia.
Ditahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, sudah lima tahun ia berpindah pindah kerja dan numpang di teman temannya tapi kehidupannya tidak kunjung berubah.

Ia memutuskan untuk pulang ke Sudan.
Tekadnya telah bulat untuk kembali menemui keluarganya, meski dengan tanpa uang yang ia bawa untuk mereka yang menunggunya.

Saat itupun sebenarnya ia tidak memiliki uang, meski sebatas uang untuk tiket pulang.
Ia memaksakan diri menceritakan keinginannya untuk pulang itu kepada teman terdekatnya. Dan salah satu teman baik amar memahaminya ia memberinya sejumlah uang untuk beli satu tiket penerbangan ke Sudan.

Hari itu juga Ammar berpamitan untuk pergi meninggalkan kota ini dengan niat untuk kembali ke keluarganya dan mencari kehidupan di sana saja.

Ia pergi ke sebuah Agen di jalan Olaya- Riyadh, utuk menukar uangnya dengan tiket. Sayang, ternyata semua penerbangan Riyadh-Sudan minggu ini susah didapat karena konflik di Libya, Negara tetangganya. Tiket hanya tersedia untuk kelas executive saja.

Akhirnya ia beli tiket untuk penerbangan minggu berikutnya.
Ia memesan dari saat itu supaya bisa lebih murah. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih minggu depan.

Ammar sedikit kebingungan dengan nasibnya.
Tadi pagi ia tidak sarapan karena sudah tidak sanggup lagi menahan malu sama temannya, siang inipun belum ada celah untuk makan siang. Tapi baginya ini bukan hal pertama. Ia hampir terbiasa dengan kebiasaan itu.

Adzan dzuhur bergema..
Semua Toko Toko, Supermarket, Bank, dan Kantor Pemerintah serentak menutup pintu dan menguncinya. Security Kota berjaga jaga di luar kantor kantor, menunggu hingga waktu Shalat berjamaah selesai.

Ammar tergesa menuju sebuah masjid di pusat kota Riyadh.
Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu.. memabasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air.

Lalu ia masuk mesjid. Shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid. Ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah.

Hanya disetiap shalat itulah dia merasakan kesejukan,
Ia merasakan terlepas dari beban Dunia yang menindihnya, hingga hatinya berada dalam ketenangan ditiap menit yang ia lalui.

Shalat telah selesai.
Ammar masih bingung untuk memulai langkah.
Penerbangan masih seminggu lagi.

Ia diam.

Dilihatnya beberapa mushaf al Qur'an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengmbil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca taawudz dan terus membaca al Qur'an hingga adzan Ashar tiba menyapanya.

Selepas Maghrib ia masih disana.
Beberapa hari berikutnya, Ia memutuskan untuk tinggal disana hingga jadwal penerbangan ke Sudan tiba.

Ammar memang telah terbiasa bangun awal di setiap harinya.
Seperti pagi itu, ia adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota itu.
Ammar mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing menyapa Kota.

Adzannya memang khas.
Hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince (Putra Raja Saudi) di kota itu juga terpanggil untuk shalat Subuh berjamaah disana.

Adzan itu ia kumandangkan disetiap pagi dalam sisa seminggu terakhirnya di kota Riyadh.
Hingga jadwal penerbanganpun tiba. Ditiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya.

Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota.

Amar sudah duduk diruang tunggu dibandara,
Penerbangan sepertinya sedikit ditunda, kecemasan mulai meliputinya.
Ia harus pulang kenegerinya tanpa uang sedikitpun, padahal lima tahun ini tidak sebentar, ia sudah berusaha semaksimal mungkin.

Tapi inilah kehidupan, ia memahami bahwa dunia ini hanya persinggahan.
Ia tidak pernah ingin mencemari kedekatannya dengan Penggenggam Alam semesta ini dengan mengeluh. Ia tetap berjalan tertatih memenuhi kewajiban kewajibannya, sebagai Hamba Allah, sebagai Imam dalam keluarga dan ayah buat anak anaknya.

Diantara lamunan kecemasannya, ia dikejutkan oleh suara yang memanggil manggil namanya.
Suara itu datang dari speaker dibandara tersebut, rasa kagetnya belum hilang Ammar dikejutkan lagi oleh sekelompok berbadan tegap yang menghampirinya.

Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata "Prince memanggilmu".
Ammarpun semakin kaget jika ia ternyata mau dihadapkan dengan Prince. Prince adalah Putra Raja, kerajaan Saudi tidak hanya memiliki satu Prince. Prince dan Princess mereka banyak tersebar hingga ratusan diseluruh jazirah Arab ini. Mereka memilii Palace atau Istana masing masing.

Keheranan dan ketakutan Ammar baru sirna ketika ia sampai di Mesjid tempat ia menginap seminggu terakhir itu, disana pengelola masjid itu menceritakan bahwa Prince merasa kehilangan dengan Adzan fajar yang biasa ia lantunkan.

Setiap kali Ammar adzan prince selalu bangun dan merasa terpanggil..
Hingga ketika adzan itu tidak terdengar, Prince merasa kehilangan. Saat mengetahui bahwa sang Muadzin itu ternyata pulang kenegerinya Prince langsung memerintahkan pihak bandara untuk menunda penerbangan dan segera menjemput Ammar yang saat itu sudah mau terbang untuk kembali ke Negerinya.

Singkat cerita, Ammar sudah berhadapan dengan Prince.
Prince menyambut Ammar dirumahnya, dengan beberapa pertanyaan tentang alasan kenapa ia tergesa pulang ke Sudan.

Amarpun menceritakan bahwa ia sudah lima tahun di Kota Riyadh ini dan tidak mendapatkan kesempatan kerja yang tetap serta gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya.

Prince mengangguk nganguk dan bertanya: "Berapakah gajihmu dalam satu bulan?"
Amar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji sama sekali, bahkan berbulan bulan tanpa gaji dinegeri ini.

Prince memakluminya.
Beliau bertanya lagi: "Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu dapati?"

Dahi Ammar berkerut mengingat kembali catatan hitamnya selama lima tahun kebelakang. Ia lalu menjawabnya dengan malu: "Hanya SR 1.400", jawab Ammar.

Prince langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menghitung uang.
1.400 Real itu dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR 84.000 (84 Ribu Real = Rp. 184. 800.000). Saat itu juga bendahara Prince menghitung uang dan menyerahkannya kepada Amar.

Tubuh Amar bergetar melihat keajaiban dihadapannya.

Belum selesai bibirnya mengucapkan Al Hamdalah,
Prince baik itu menghampiri dan memeluknya seraya berkata:
"Aku tahu, cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan. Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini. Lalu kembali lagi setelah 3 bulan. Saya siapkan tiketnya untuk kamu dan keluargamu kembali ke Riyadh. Jadilah Bilall dimasjidku.. dan hiduplah bersama kami di Palace ini"

Ammar tidak tahan lagi menahan air matanya.
Ia tidak terharu dengan jumlah uang itu, uang itu memang sangat besar artinya di negeri Sudan yang miskin. Ammar menangis karena keyakinannya selama ini benar, Allah sungguh sungguh memperhatikannya selama ini, kesabarannya selama lima tahun ini diakhiri dengan cara yang indah.

Ammar tidak usah lagi membayangkan hantaman sinar matahari disiang hari yang mengigit kulitnya. Ammar tidak usah lagi memikirkan kiriman tiap bulan untuk anaknya yang tidak ia ketahui akan ada atau tidak.

Semua berubah dalam sekejap!
Lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar.
Tapi masa yang teramat singkat untuk kekuasaan Allah.

Nothing Imposible for Allah,
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah..

Bumi inipun Milik Allah,..
Alam semesta, Hari ini dan Hari Akhir serta Akhirat berada dalam Kekuasaan Nya.

Inilah buah dari kesabaran dan keikhlasan.
Ini adalah cerita nyata yang tokohnya belum beranjak dari kota ini, saat ini Ammar hidup cukup dengan sebuah rumah di dalam Palace milik Prince. Ia dianugerahi oleh Allah di Dunia ini hidup yang baik, ia menjabat sebagai Muadzin di Masjid Prince Saudi Arabia di pusat kota Riyadh.

Subhanallah...
Seperti itulah buah dari kesabaran.

‏"Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya.
Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi kesabaran karena sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan Nya". (NAI)

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". (Al Fushilat 35)

Allahuakbar!
Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya