Senin, 05 Juli 2010

KEMERDEKAAN RAMADHAN


Oleh
Cahyo Budi Santoso

Sudah menjadi kebiasaan dinegeri ini, setiap bulan Agustus, di mana-mana tempat baik dikampung maupun dikota, baik diperumahan maupun di rumah liar, baik di pemerintahan maupun di perusahaan swasta, ramai dengan berbagai perlombaan. Ada yang mengadakan lomba balap karung, lomba makan kerupuk, lomba panjat pinang, lomba nasi tumpeng, lomba sepak bola pakai rok, dll. Disebagian lainnya ada yang menggelar pameran, pentas seni, pasar malam dll. Antusiasme rakyat terlihat mulai dari tua muda, kecil besar, laki-laki perempuan...semuanya ikut terlibat. Jika mereka ditanya ”Untuk apa semua itu dilakukan ?” Dengan kompak mereka semua akan menjawab, ”Untuk memperingati kemerdekaan !”.

Dalam hati saya bertanya "Kemerdekaan yang bagaimana ? Kemerdekaan dari apa ? Apa makna merdeka bagi mereka ? Lalu apa makna merdeka bagi saya ?" Tulisan ini mencoba memaknai kemerdekaan dalam perspektif Ramadhan.

Kata "kemerdekaan" berasal dari suku kata "merdeka". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merdeka berarti bebas (dari perhambaan, penjajahan, dsb); berdiri sendiri. Arti lainnya "tidak terkena atau lepas dari tuntutan; tidak terikat, tidak bergantung kpd orang atau pihak tertentu". Sehingga makna kata kemerdekaan adalah keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dsb). Dengan demikian dimensi kemerdekaan bukan sekedar merdeka secara lahiriah (jasmani), namun juga merdeka secara batiniah (rohani). Itulah yang dinamakan kemerdekaan hakiki.

Hakikat kemerdekaan hakiki adalah tauhid. Sejauh mana orang (pribadi), masyarakat, dan negara dikatakan merdeka dapat dilihat sejauh mana mereka masih diperbudak (dikuasai) oleh nafsu, norma, aturan, hukum yang dibuat selain dari Alloh SWT. Tetapi masih dikekang (dikuasai) oleh aturan, norma, hukum dan nafsu mereka sendiri.

Ramadhan adalah bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah. Kata Ramadhan berarti panas/bakar. Apa yang dibakar ? Sebagian ahli lebih memahami 'panas'nya Ramadhan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Sebagian ahli lainnya berpendapat bahwa kata Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik. Artinya dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Ahli yang lain mengatakan bahwa yang dibakar dalam bulan Ramadhan itu adalah nafsu. Karena nafsu disampaikan oleh Baginda Nabi SAW sebagai musuh yang utama sehingga harus diperangi.

Hakikat Ramadhan adalah proses latihan untuk mengendalikan (membakar) hawa nafsu. Ibarat kita sedang menunggangi kuda, maka nafsu itu adalah kudanya. Jika kita tidak mampu mengendalikan kuda, maka kita akan terpelanting jatuh diinjak-injaknya. Namun sebaliknya jika kita mampu mengendalikan kuda, maka kita akan dapat menunggani kuda dengan tenang dan dapat selamat sampai tujuan.

Kemerdekaan hakiki akan diperoleh disaat kita mampu mengendalikan nafsu (bukan kita yang dikendalikan nafsu). Bukan kita di dikte oleh orang/pihak lain, tetapi kita yang dapat memberikan kebebasan memilih untuk menentukan pilihan kita. Sejatinya merdeka adalah kebebasan. Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk belajar mengendalikan "kuda". Agar apabila kita keluar dari Ramadhan kita dapat menunggangi kuda dengan penuh kemerdekaan. Merdeka, menang melawan hawa nafsu. Itulah....Kemerdekaan Ramadhan.

Batam, 5 Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar