Jumat, 17 September 2010

AL-MA'TSUROT HASAN AL-BANA

AL-MA'TSUROT HASAN AL-BANA
Oleh
Ustadz Abu Ahmad

Kitab Al-Ma'tsurot oleh Hasan Al-Banna adalah kitab yang sangat populer di kalangan
kaum muslimin di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Bahkan wirid-wirid yang
terkandung di dalamnya dijadikan sebagai amalan harian wajib bagi para pengikut
kelompok Ikhwanul Muslimin dan kebanyakan para aktivis pergerakan Islam di
Indonesia.
Beberapa bulan yang lalu telah masuk kepada kami pertanyaan dari sebagian pembaca tentang kitab Al-Ma'tsurot ini, apakah kitab ini layak untuk diamalkan kandungannya, karena banyak dari kaum muslimin di daerahnya yang mengamalkan wirid-wirid dalam kitab ini.
Maka dengan memohon pertolongan kepada Alloh dalam pembahasan kali ini akan kami
paparkan studi kelayakan kitab Al-Ma'tsurot ini untuk dipakai dan diamalkan
kandungannya.
PENULIS KITAB "AL-MA'TSUROT"
Penulisnya adalah Syaikh Hasan bin Ahmad bin Abdurrohman Al-Banna, pendiri jama'ah
Ikhwanul Muslimin. Ia dilahirkan pada tahun 1906 M di Mahmudiyyah Buhairah Mesir,
dan meninggal di Kairo Mesir tanggal12 Februari 1949 M.
Hasan Al-Banna adalah pengikut tarikat shufiyyah Hashshofiyyah sejak usia muda. Dia
mengenal tarikat Hashshofiyyah semenjak duduk di Madrasah Mu'allimin UIa di
Damanhur. Dia kemudian berbai'at di hadapan Mursyid Tarikat Hashshofiyyah, Syaikh
Abdul Wahhab Al-Hashshofi, dan kemudian aktif dalam kepengurusan Jam'iyyah
Hashshofiyyah Al-Khoiriyyah.
Semasa hidupnya, Hasan Al-Banna selalu mengamalkan ritual-ritual tarikat
Hashshofiyyah tersebut seperti Wadhifah (wirid) Rozuqiyyah tiap pagi dan petang.
Nampaknya Wadhifah Rozuqiyyah ini adalah asal dari Wadhifah Kubro (nama lain dari
Al-Ma'tsurot sebagaimana tertera dalam judul cetakannya).
Hasan Al-Banna tidak hanya mengamalkan Wadhifah Rozuqiyyah saja, bahkan dia juga
mengikuti ritual Hashshofiyyah di kuburan-kuburan dengan cara menghadap kepada
sebuah kuburan yang terbuka dengan tujuan untuk mengingat kematian, kemudian ritual
Hadhroh setelah sholat Jum'at, dan ritual Maulid Nabi.
Abul Hasan An-Nadwi berkata: "Hasan Al-Banna selalu mengamalkan wirid-wirid dan
ritual-ritual ini hingga akhir hayatnya." (Tafsir Siyasi lil Islam hal. 83).
Adapun dalam segi aqidahnya, Hasan Al-Banna adalah Asy'ari Mufawwidhoh
sebagaimana nampak dalam kitabnya, Aqo'id. (Lihat Mudzakkirot Da'wah wa Da'iyyah
Nazhorot fi Manhaj Ikhwanul Muslimin dan Thoriqoh Hasan Al-Hanna wa Ashumul
Waritsin )
WIRID-WIRID 'AL-MA'TSUROT" YANG LEMAH ATAU TIDAK ADA ASALNYA
Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do'a termasuk di antara ibadah-ibadah yang paling
utama. Sedangkan ibadah wajib dilandaskan atas dalil yang tsabit (kuat) dan tidak boleh
menetapkan suatu ibadah tanpa dalil atau dengan dalil yang dho'if (lemah). Maka tidak
boleh seorang muslim mengamalkan suatu dzikir tertentu kecuali setelah meyakini bahwa
dzikir tersebut dinukil dengan dalil yang tsabit dari Al-Qur'an dan as-Sunnah (Lihat
bahasan Hadits Dho'if Dalam Fadho'il A'mal dalam Majalah Al-Furqon Edisi Spesial
Ramadhan-Syawwal Tahun 6).
Setelah kami meneliti do'a-do'a dan dzikir-dzikir dalam kitab Al-Ma'tsurot ini ternyata ada beberapa dzikir yang lemah dalilnya atau bahkan tidak ada asalnya sama sekali, di antara do'a-doa dan dzikir-dzikir tersebut ialah:
[1]. Wirid Pertama.
"Ashbahnaa wa asbaha al-mulku lillahi laa syariikalahu wa alhamdu kulluhu lillahi laa
syarikalahu laa ilaha illa allahu wa ilaihi an-nusyuur"
"Artinya : Sesungguhnya kami terjaga di pagi hari dengan (kesadaran bahwa) / kerajaan (bumi dan segala isinya) ini seluruhnya adalah milik Alloh. Dan segala puji bagi Alloh, tiada sekutu bagi-Nya, tiada Robb selain Dia dan kepada-Nya kami akan dibangkitkan."
Wirid ini datang dalam hadits Abu Huroiroh Radhiyallahu'anhu yang diriwayatkan oleh
Bukhori dalam Adabul Mufrod 1/211 no. 604 dan, Ibnu Sunni dalam Amal Yaum wa
Lailah hal. 74 dari jalan Abu Awanah dari Umar bin Abi Salamah dari bapaknya dari Abu
Huroiroh Radhiyallahu'anhu.
Riwayat ini dikatakan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu : "Dho'if dengan lafazh ini,
di dalam sanadnya terdapat Umar bin Abi Salamah Az-Zuhri Al-Qodhi, fihi dho'fun
(padanya terdapat kelemahan)," ( Dho'if Adabul Mutrod hal. 60)
[2]. Wirid Kedua
"Allahumma ma ashbaha bii min ni'mati faminka wahdaka laa syariika laka falaka
alhamdu walaka asy-sukru"
"Artinya : Ya Alloh nikmat apapun yang kuperoleh dan diperoleh seseorang di antara
makhluk-Mu adalah dari-Mu, yang Esa dan tak bersekutu, maka bagi-Mu segala puji dan
syukur."
Wirid ini terdapat dalam hadits Abdulloh bin Ghonam Al-Bayadhi yang diriwayatkan
oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya 4/318, Ibnu Hibban dalam Shohih-nya 3/143, Nasa'i
dalam Sunan Kubro 6/5, Abu Bakar Asy-Syaibani dalam Ahad wal Matsani 4/183, dan
Baihaqi dalam Syu'abul Iman 4/89 dari jalan Rabi'ah bin Abi Abdirrohman dari Abdulloh
bin Anbasah dari Abdulloh bin Ghonam Al-Bayadhi
Abdulloh bin Anbasah dikatakan oleh Adz-Dzahabi rahimahullahu : hampir-hampir tidak
dikenal)."
Riwayat ini dilemahkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Takhrij Kalimu Thoyyib hal. 73
dan Dho'if Jami' Shoghir: 5730.
[3]. Wirid Ketiga.
"Yaa rabbi laka alhamdu kamaa yanbagii lijalaali wajhika wali'adhiimi sulthoonika"
Wirid ini terdapat dalam hadits Abdulloh bin Umar Radhiyallahu'anhu yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya 2/1249, Thobroni dalam Mu'jam Ausath 9/101 dan
Mu'jam Kabir 12/343, dan Baihaqi dalam Syu'abul Iman 4/94 dari jalan Shodaqoh bin
Basyir dari Qudamah bin Ibrohim Al-Jumahi dari Abdulloh bin Umar Radhiyallahu'anhu.
AI-Bushiri rahimahullahu berkata: "Sanad ini, terdapat kritikan padanya." (Mishbahu
Zujajah 4/130)
Shodaqoh bin Basyir dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Taqrib: "Maqbul
(yaitu diterima haditsnya jika ada penguatnya, kalau tidak ada penguatnya maka
haditsnya lemah)."
Qudamah bin Ibrohim dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Taqrib: "Maqbul."
Riwayat ini dilemahkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Dho'if Sunan Ibnu Majah hal. 308
dan Dho'if Jami' Shoghir: 1877.
[4]. Wirid Keempat
"Allahumma sholli 'alaa muhammadin 'abdika wanabiyyika warosuulika an-nabiyyi al-
ummii wa 'alaa aalihi washohbihi wasallim tatsliimaa 'adada ma ahaatho bihi 'ilmuka
wakhoththo bihi qolamuka wa ahshoohu kitaabuka…"
"Artinya : Ya Alloh limpahkanlah sholawat atas junjungan kami Muhammad hamba-Mu, nabi-Mu, dan rosul-Mu, nabi yang ummi, dan atas keluarganya; dan limpahkanlah salam sebanyak yang diliput oleh ilmu-Mu dan dituliskan oleh pena-Mu, dan dirangkum oleh kitab-Mu "
Sholawat ini adalah sholawat yang bid'ah yang tidak ada asalnya, tidak ada di dalam
kitab-kitab hadits yang mu'tabar sepanjang penelitian kami.
Wirid-wirid di atas (1 s/d 4) adalah yang lemah atau tidak ada asalnya. Di samping itu, di dalam kitab Al-Ma'tsurot ini banyak wirid-wirid lain yang shohih lafazhnya tetapi bid'ah dari segi kaifiyyat (tatacara)nya karena memberikan bilangan bacaan-bacaannya yang tidak pernah ada tuntunannya dari Rosululloh Shollallahu 'alaihi wa sallam .
DO'A ROBITHOH" YANG BID'AH
Pada akhir kitab Al-Ma'tsurot ini tercantum Do'a Robithoh yang berbunyi
"Allahumma innaka ta'lamu anna hadihi al-quluuba qodijtama'at 'alaa mahabbatika waltaqot 'alaa thoo 'atika watawahhadat 'alaa da'watika wa ta'aahadat 'alaa nushroti syarii'atika fawassiq allahumma roobithhaa wa adim wuddahaa"
"Artinya : Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah
berkumpul untuk mencurahkan mahabbah (kecintaan) hanya kepada-Mu, bertemu untuk
taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di (jalan)-Mu, dan berjanji selia untuk
membela syari'at-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya Ya Alloh, abadikan kasih
sayangnya…"
Syaikh Ihsan bin Ayisy Al-Utaibi rahimahullahu berkata: "Di akhir Al-Ma'tsurot terdapat
wirid robithoh, ini adalah bid'ah shufiyyah yang diambil oleh Hasan Al-Banna dari
tarikatnya, Hashshofiyyah." .(Kitab TarbiyatuI Aulad fil Islam Ii Abdulloh Ulwan fi
Mizani Naqd Ilmi hal. 126)
HUKUM WIRID-WIRID BID'AH
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: "Tidak diragukan lagi bahwa
dzikir dan do'a termasuk di antara ibadah-ibadah yang paling afdhol (utama), dan ibadah
dilandaskan alas tauqif dan ittiba', bukan atas hawa nafsu dan ibtida ', Maka do'a-do'a dan
dzikir-dzikir Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam adalah yang paling utarna untuk
diamalkan oleh seorang yang hendak berdzikir dan berdo'a. Orang yang mengamalkan
do'a-do'a dan dzikir-dzikir Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang berada di
jalan yang aman dan selamat. Faedah dari hasil yang didapatkan dari mengamalkan do'a-
do'a dan dzikir-dzikir Nabi Shollallahu 'Alaihi wa sallam begitu banyak sehingga tidak
bisa diungkapkan dengan kata-kata, Adapun dzikir-dzikir dari selain Nabi Shollallahu
'alaihi wa sallam , kadang-kadang diharomkan, kadang-kadang makruh, dan kadang-
kadang di dalamnya terdapat kesyirikan yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya.
Tidak diperkenankan bagi seorang pun membuat bagi manusia dzikir-dzikir dan do'a-do'a
yang tidak disunnahkan, serta menjadikan dzikir-dzikir tersebut sebagi ibadah rutin
seperti sholat lima waktu, bahkan ini termasuk agama bid'ah yang tidak diizinkan oleh
Allah. Adapun menjadikan wirid yang tidak syar'I maka ini adalah hal yang terlarang,
bersamaan dengan ini dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar'I sudah memenuhi puncak
dan akhir dari tujuan yang mulia, tidak ada seorang pun yang berpaling dari dzikir-dzikir
dan wirid-wirid yang syar'i menuju kepada dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang bid'ah
melainkan (dialah) seorang yang jahil atau sembrono atau melampaui batas." (Majmu'
Fatawa 22/510-511).
Beliau juga berkata: "Seseorang yang berpaling dari do'a yang syar'i kepada yang lainnya
-walaupun itu adalah hizb-hizb- (wirid-wirid) sebagian masyayikh (para syaikh)- maka
yang paling bagus baginya adalah hendaknya tidak meluputkan bagi dirinya do'a yang
lebih afdhol dan yang lebih sempurna, yaitu do'a-do'a Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam,
karena dia yang lebih afdhol dan lebih sempurna dari do'a-do'a yang lainnya dengan
kesepakatan kaum muslimin, meskipun do'a-do'a yang lain tersebut diucapkan oleh
sebagian masyayikh, apalagi jika do'a-do'a tersebut di dalamnya terdapat kesalahan atau
dosa atau yang lainnya?
Di antara orang-orang yang paling tercela adalah orang yang menjadikan hizb (wirid)
yang tidak ma'tsur (dinukil) dari Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam -walaupun itu adalah
hizb-hizb sebagian masyayikh dan meninggalkan hizb-hizb Nabawiyyah yang diucapkan
oleh Penghulu Bani Adam, Imam para makhluk, dan hujjah Alloh atas para hamba-Nya,"
(Majmu'Fatawa 22/525)
BADAL (PENGGANTI) KITAB INI
Setelah melihat banyaknya hal-hal yang bid'ah dalam kitab Al-Ma'tsurot ini, kami
memandang bahwa kitab ini tidak layak dijadikan pegangan di dalam wirid-wirid
keseharian seorang muslim. Kami menganjurkan agar saudara-saudaraku kaum muslimin
memilih kitab-kitab dzikir lainnya yang mengacu kepada do'a dan dzikir yang shohih dari
Nabi Shollallahu 'alaihi wa sallam, di antara kitab-kitab yang kami anjurkan untuk
dipakai adalah:
[1]. AI-Adzkar oleh AI-Imam, An-Nawawi bersama penjelasan derajat haditsnya dalam
kitab Shohih wa Dho'if AI-Adzkar oleh Syaikh Salim bin Id Al-Hilali.
[2]. Al-Kalimu Thoyyib oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dengan takhrij Syaikh Al-
Albani.
[3]. Tuhfatul Akhyar oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
[4]. Shohih Kalimu Thoyyib oleh Syaikh Al-Albani.
[5]. Hishnul Muslim oleh Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qohthoni, telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
[Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 06 Tahun VI/Robi'ul Awwal 1428H [Februari 2007], Diterbitkan Lajnah Dakwah Ma'had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma'had Al- Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim 61153]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar